Persiapan Pembukaan Tambang Terbuka

1. Lokasi Terdapatnya Mineral

- Kemudahan transportasi mineral untuk dipasarkan dan juga sebaliknya, kemudahan suplai untuk kegiatan penambangannya.

- Ketersediaan tenaga kerja/buruh dan layanan pendukungnya (support service), seperti : perumahan, pendidikan, fasilitas rekreasi, pelayanan kesehatan, dll.

- Dampak pada operasional (dan juga psikologis) yang diakibatkan oleh iklim dan cuaca.



2. Kondisi Alam dan Geologi

- Kondisi topografi dan lahan

- Hubungan spasial (bentuk, ukuran, posisi, dll.) dari badan bijih, termasuk kedalamannya.

- Pertimbangan-pertimbangan geologi (mineralogi, petrografi, struktur, genesa bijih/endapan, gradien, suhu batuan, kandungan air, dll.)

- Sifat-sifat mekanik batuan (strength, modulus elastisitas, kekerasan, keabrasifan, dll.)

- Sifat-sifat kimia dan metalurginya (pengaruh penimbunan, pengolahannya, peleburannya, dll.).




3. Kondisi Sosial-Ekonomi-Politik dan Lingkungan

- Demografi dan ketersediaan tenaga kerja.

- Keseimbangan keuangan dan pasar (penentuan skala operasi, kontinuitas operasi, dll.)

- Stabilitas politik negara.

- Permasalahan polusi dan pencemaran lingkungan

- Bantuan dan kemudahan yang diberikan pemerintah



TAHAPAN MINING DEVELOPMENT (Hartman, 1987)



1.Mengambil acuan laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan

2.Konfirmasi metode penambangan dg perencanaan tambang scr umum.

3.Rencana keuangan

4.Perolehan dan kepemilikan lahan, termasuk hak pengusahaan mineral dan permukaan tanah sesuai kebutuhan.

5.Penyiapan fasilitas & segala sesuatu yg terkait dg estimasi dampak lingkungan

6.Penyediaan jalan masuk di permukaan, sarana transportasi, komunikasi, listrik ke lokasi tambang.

7.Perencanaan dan pembuatan kontruksi pabrik di permukaan, termasuk semua fasilitas pendukung, fasilitas service dan kantor.

8.Pembangunan pabrik pengolahan (bila dibutuhkan), fasilitas pemuatan-pengangkutan, hingga pengapalan, pembangunan stockpile dan fasilitas pengolahan limbah.

9.Pemilihan peralatan tambang untuk kegiatan development dan eksploitasi sesuai kebutuhan.

10.Pembuatan kontruksi lubang bukaan utama hingga ke badan bijih (atau batubara). Pada tambang bawah tanah seperti shaft dan fasilitas bawah tanah lainnya.

11.Recruitment dan pelatihan tenaga kerja, & penyediaan pelayanan pendukung


spacer

Analisa Investasi Tambang

A.   Latar Belakang Ilmu Investasi di Dunia Pertambangan
Dalam sejarah industri mineral, terdapat kesalahpahaman antara individu di bidang Geologi, Tambang, Metalurgi, dan Keuangan tentang tahapan evaluasi mineral.  Karena setiap individu hanya mengkonsentrasikan diri pada bidangnya masing-masing, maka hal mendasar dari evaluasi tambang terlupakan.  Seharusnya digalang kerja sama antar individu yang saling terkait ini untuk menciptakan dasar evaluasi untuk suatu proyek dengan baik dan sistematis.
Peranan seorang insinyur tambang dalam suatu analisis investasi proyek adalah memberikan pendapat teknikal dan informasi tentang parameter yang berhubungan dengan desain, metode ekstraksi, biaya produksi, recovery, laju penambangan, dan informasi tentang variabel lainnya.  Analisis teknik ini akan berguna bagi proyek bila dilengkapi dengan analisis finansial.  Karena analisis kelayakan tambang adalah suatu proses iterative antar variabel utamanya, yang terdiri dari cadangan mineral (ore reserves), skala tambang (mine size), biaya produksi (cost production) dan kadar batas pulang pokoknya (cut off grade).  Gambar di bawah ini memperlihatkan proses iteratif analisis kelayakan tambang (Gentry & O’Neil, 1984).

A.   Karakteristik Industri Pertambangan
Meskipun industri pertambangan merupakan bagian dari dunia industri umum tetapi terdapat karakteristik khusus dari investasi pada industri pertambanganyang berbeda dengan industri lainnya.  Pemahaman tentang karakteristik khusus ini penting untuk melakukan analisis kelayakan suatu proyek tambang.  Beberapa karakteristik tersebut adalah (Stermole & Stermole, 1996):
a.        Modal Besar
Besarnya modal yang dibutuhkan untuk industri tambang bervariasi, tergantung dari jenis bahan tambang, metode penambangan, skala penambangan, lokasi dan parameter lainnya.
b.        Periode Para Produksi yang Panjang
Lama periode pra produksi tergantung dari metode penambangan, metode pengolahan, ukuran dan letak deposit, kompleksitas operasi, dan kendala lingkungan.  Periode pra produksi ini berkisar antara 3 – 12 tahun.  Periode pra produksi yang panjang akan berdampak terhadap besar modal yang dibutuhkan dan terhadap tingkat pengembalian modal.
c.        Beresiko Tinggi
Disamping resiko yang berhubungan dengan kebutuhan modal yang besar serta masa pra produksi yang lama, terdapat resiko lain yang mempengaruhi keputusan investasi pada industri tambang, yaitu : resiko geologi, resiko engineering dan konstruksi, reiko ekonomi, resiko politik, dan resiko pasar mineral.
d.        Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui (nonrenewable resources)
Implikasi dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ini terhadap industri tambang adalah bahwa pendapatan utama perusahaan yang diperoleh dari penjualan bahan tambang, dan mengakibatkan umur tambang tergantung dari jumlah cadangan dan tingkat produksi sehingga dibutuhkan eksplorasi kontinyu untuk menemukan deposit baru. 
e.        Mendorong pertumbuhan ekonomi
Dikarenakan letak aktivitas penambangan banyak terdapat di daerah terpencil, hal ini akan dapat memberikan dampak positif terhadap aktivitas ekonomi masyarakat setempat sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
f.        Dampak terhadap lingkungan
Kegiatan eksploitasi bahan tambang akan mengubah bentang alam sehingga berdampak buruk terhadap keadaan lingkungan.  Oleh karena itu tingkat kepedulian industri tambang terhadap lingkungan harus tinggi.  Reklamasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan penambangan dan pengolahan.
g.        Sifat indestructibility of product
Konsekuensi dari sifat ini adalah munculnya pasar sekunder dan dapat mengurangi prosentase kebutuhan akan bijih/bahan tambang.  Daur ulang logam sering dipertimbangkan lebih menguntungkan dibandingkan menambang bijih untuk dijadikan logam.

B.        Fungsi Ilmu Investasi
Tujuan dilakukannya investasi adalah untuk memperoleh nilai lebih/keuntungan di masa depan dari modal yang diinvestasikan.  Modal yang dimaksud dapat berupa uang, barang modal, tanah, bangunan, teknologi, ataupun sesuatu yang tidak riil, misalnya hak paten atau kemampuan manajerial.  Dalam bidang pertambangan, kapital umumnya berupa deposit bahan tambang dan modal.  Menurut ekonom Adam Smith, investasi kapital merupakan investasi utama yang banyak dilakukan oleh individu ataupun perusahaan dalam rangka meningkatkan tingkat perekonomian mereka.  Dan hal ini berlangsung sejak dulu sampai sekarang.
Keputusan investasi modal akan mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang bagi kelangsungan perusahaan untuk dapat berkompetisi ataupun untuk tetap berproduksi.  Keputusan investasi yang salah tidak saja dapat mengurangi keuntungan perusahaan tetapi juga dapat menghentikan kegiatan perusahaan sama sekali.  Keputusan investasi modal mempunyai dua bentuk tindakan utama, yaitu :
1.         mengalokasikan sejumlah modal untuk investasi proyek tertentu atau untuk menyediakan asset produksi.
2.        memperoleh sejumlah modal untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Peter Drucker (Stermole & Stermole, 1996) terdapat lima langkah penting dalam pengambilan keputusan investasi, yaitu :
a.     mendefinisikan masalah
b.     menganalisa masalah
c.     mengembangkan alternatif solusi
d.     memutuskan solusi yang terbaik
e.     mengubah keputusan menjadi tindakan yang efektif
Analisis investasi yang dilakukan terdiri dari tiga klasifikasi, yaitu :
1.     Analisis ekonomi
Evaluasi terhadap kemakmuran relatif dari situasi-situasi investasi dari sudut pandang laba dan ongkos.
2.    Analisis finansial
Evaluasi terhadap bagaimana cara pendanaan terhadap investasi yang diusulkan.  Terdapat beberapa alternatif metode untuk pendanaan, di antaranya adalah dengan dana pribadi atau perusahaan, meminjam dari bank, atau menawarkan saham pada publik.
3.    Analisis intangible
Evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi investasi tetapi sukar diukur secara kuantitatif.  Contoh faktor intangible antara lain perijinan, pertimbangan keamanan, opini publik, pertimbangan politik, faktor ekologi dan lingkungan, dan ketidakpastian kondisi peraturan pajak.
Ketiga jenis analisis ini mutlak harus dilakukan, karena sering terjadi suatu alternatif yang hasil analisis ekonominya baik, ternyata tidak cukup baik dilihat dari analisis finansial dan intangible-nya.  Sebagai contoh, suatu proyek ditolak dari analisis finansial bila dana internalnya tidak mencukupi untuk membiayai proyek dan juga tidak dapat memperoleh pinjaman dana dari luar dengan tingkat bunga yang sesuai.  Faktor intangible yang dapat mengakibatkan suatu proyek ditolak secara analisis ekonomi pada umumnya adalah karena opini publik dan masalah polusi udara, tanah, dan air.  Karenanya pengaruh analisis finansial dan intangible terhadap analisis ekonomi harus diperhatikan secara seksama karena analisis-analisis tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan alternatif investasi.
Di dalam buku-buku dan literatur sering kali ditemukan kekeliruan tentang pengertian dan definisi dari finansial dan ekonomi.  Hal ini dapat menyebabkan kekeliruan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi.  Maka perlu ditekankan kembali bahwa finansial yang berasal dari kata finance mempunyai ari sebagai studi yang mempelajari bagaimana sejumlah uang di masa sekarang dikonversikan pada masa yang akan datang.  Analisis finansial terbagi lagi menjadi tiga pengambilan keputusan penting yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan, yaitu :
a.     Keputusan deviden
b.     Keputusan keuangan
c.     Keputusan investasi
Ketiga keputusan ini saling terkait satu sama lain dan mempengaruhi analisis investasi secara keseluruhan.  Sedangkan analisis ekonomi mempunyai pengertian sebagai studi evaluasi terhadap keuntungan dari alternatif proyek.  Pengertian terhadap terminology kata-kata tersebut merupakan konsep dasar untuk memahami hubungan berbagai faktor dengan transaksi aliran kas, waktu, pendapatan dan resiko.


spacer

TATA CARA PEMETAAN DAN PENYELIDIKAN GEOLOGI TEKNIK

  1. PENDAHULUAN
            Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan dan dimulainya era perbaikan di segala bidang, baik indus­tri, perdagangan maupun pariwi­sata tentunya akan disertai dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jem­batan, perkan­toran dan sebagainya.
            Untuk menunjang pembangunan  tersebut, diperlukan berbagai data dan informasi, salah satunya adalah data geologi teknik. Data geologi teknik, memberikan informasi mengenai kekuatan serta karakteristik lapisan tanah/batuan yang berguna di dalam perencanaan dan penataan ruang. Selain itu akan sangat membantu pemerintah daerah dalam mengontrol pembangunan fisik di daerahnya.
            Data dan informasi geologi teknik tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan pemetaan  maupun penyelidikan geologi teknik.
            Dengan tersedianya data geo­logi teknik pada suatu daerah yang akan dikembangkan, diha­rapkan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun perencanaan konstruksi bangunan teknik dapat dihindarkan atau diperkecil.
               
  1. MAKSUD DAN TUJUAN
            Pemetaan dan penyelidikan geologi teknik ini dimaksudkan untuk mengumpulkan berba­gai data dan informasi geologi teknik permu­kaan dan bawah permukaan yang mencakup: sebaran serta sifat fisik tanah/batuan, kondisi air  tanah,  morfologi  dan bahaya  beraspek geologi. Hasil pemetaan dan penyelidikan diharapkan dapat berguna sebagai data dasar dalam menunjang perencanaan pembangunan maupun penataan ruang di daerah.

  1. METODOLOGI
            Metoda yang digunakan  dalam melakukan pemetaan dan penyelidikan geologi teknik adalah metoda kualitatif dan kuantitatif.  Metoda kualitatif yaitu melaksanakan pengamatan lapangan, pengukuran struktur,  diskripsi sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan, kondisi keairan,  dan menginventarisasi kebencanaan geologi yang ada.  Metoda kuantitatif yaitu melakukan perhitungan dan analisis seperti daya dukung, kemantapan lereng,  kompresibilitas dan perosokan tanah.

  1. LINGKUP PEKERJAAN PEMETAAN/PENYELIDIKAN GEOLOGI TEKNIK
Lingkup pekerjaan ini dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:
  • Perencanaan
  • Pekerjaan Lapangan
  • Pekerjaan Laboratorium
  • Analisis dan evaluasi  data
  • Penyusunan laporan

4.1 Perencanaan
          Kelancaran suatu kegiatan, sebagian besar ditentukan selama tahap perencanaan. Tahap perncanaan  ini perencanaan sebelum ke lapangan dan perencanan selama di lapangan.
  1. Perencanaan  sebelum ke lapangan
Perncanaan ini meliputi hal-hal yang sangat mendasar sebelum tim berangkat ke lapangan, yang menyangkut:
  • masalah administrasi, konsolidasi personalian tim, kesiapan transportasi dan peralatan lapangan, serta keperluan-keperluan lain untuk pekerjaan pujian di lapangan
  • Pengumpulan data lapangan yang telah ada atau laporan dari penyelidik terdahulu.
  • Penyiapan peta dasar baik peta topografi maupun foto udara dengan skala yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan pemetaan/penyelidikan.
  1. Perencanaan  selama di lapangan
Merupakan perencanaan yang dilakukan di base camp sebelum melakukan pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Sebaiknya sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan penyelidikan pendahuluan (reconnaise) dengan maksud untuk mengenal medan, situasi daerah dan kebiasaan-kebiasaan penduduk yang berada di daerah pemetaan/penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan pendahuluan baru direncanakan kegiatan selanjutnya secara lebih terarah, yaitu dengan membuat rencana lintasan.

4.2 Pekerjaan Lapangan
4.2.1  Pemetaan Geologi Teknik
a.   Morfologi dan kemiringan lereng
            Meliputi kondisi bentang alam beserta unsur-unsur geomorfologi lainnya, penafsiran genesa morfologi dan perkembangan geomorfologi yang mungkin akan terjadi.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan bentuk lembah, pola aliran sungai, sudut lereng, pola gawir dan bentuk-bentuk bukit. Morfologi atau bentang alam seperti tampak pada saat sekarang ini merupakan hasil kerja dari sistem alam, yaitu proses-prosesdalam bumi (geologi, volkanisme) dan proses-proses luar (air permukaan, gelombang, longsoran, tanaman, binatang termasuk manusia).
            Morfologi sangat penting dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan, yaitu untuk mengetahui karakteristik bentang alamnya seperti kemiringan lereng dalam kaitannya dengan jangkauan optimum sudut lereng untuk keperluan kesampaian lokasi dan operasional kendaraan pengangkut bahan bangunan, sampah dan tataguna lahan pada saat ini.
b.   Satuan Tanah dan batuan
            Satuan tanah dan batuan memberikan informasi mengenai susunan atau urutan stratigrafi dari tanah dan batuan secara vertikal maupun horisontal. Untuk itu perlu dilakukan pemerian sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan yang dapat diamati langsung di lapangan secara megaskopis.
            Penyusunan satuan geologi teknik dilakukan dengancara pengelompokan tanah dan batuan yang mempunyai sifat fisik dan keteknkan yang sama atau mendekati sama.
  1. Struktur Geologi
Meliputi pemerian jurus dan kemiringan lapisan batuan, kekar, rekahan, sesar, lipatan dan ketidak selarasan. Data ini sangat penting dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur guna menghindari atau memecahkan permasalahan yang dapat terjadi.

Intensitas kekar atau retakan, tingkat kehqncuran batuan yang diakibatkan oleh adanya sesar terutama bila dijumpai sesar aktif maupun perselingan lapisan batuan yang miring adalah merupakan zona lemah yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya longsoran.
  1. Keairan
            Pengamatan yang perlu dilakukan meliputi kedalaman muka air tanah bebas, sifat korosifitas air tanah dan  munculnya mata air atau rembesan yang dapat mempengaruhi perencanaan konstruksi pondasi bangunan. Apabila dianggap perlu diambil contoh air tanahnya untuk diuji di laboratorium, guna mengetahui tingkat korosivitasnya.
  1. Bahaya Geologi
              Meliputi pengamatan dan penilaian tentang ada tidaknya bahaya yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari faktor geologi. Identifikasi bahaya geologi sangat erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur, karena dikhawatirkan akan menjadi kendala atau hambatan selama pembangunan maupun pasca pembangunan, antara laian struktur  sesar aktif, gerakan tanah/batuan, banjir bandang, ambblesan tanah/batuan, bahaya kegunung apian, erosi dan abrasi, kegempaan, Tsunami, dan lempung mengembang.
4.2.2  Penyelidikan Geofisika
              Metoda geofisika dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar gambaran keadaan geologi bawah permukaan, yaitu : satuan-satuan tanah/batuan; batas-batas satuan tanah/batuan baik secara horizontal maupun vertical, dan gejala-gejala geologi seperti patahan, daerah rekahan, kandungan air tanah dan lain-lain.
              Penggunaan penyelidikan geofisika ini banyak mengandung keuntungan-keuntungan, antara lain:
  • Mendapatkan gambaran keadaan bawah permukaan di daerah yang luas dalam waktu yang pendek.
  • Memudahkan membuat intrepetasi penampang geologi
  • Memperkecil jumlah titik-titik pengeboran, karena akan  mempermudah korelasi antara titik-titik pengeboran.
  • Membuat lebih effisien dan memperkecil biaya penyelidikan                                  
Metoda geofisika yang telah dikembangkan untuk maksud keteknikan, antara lain: Metoda seismik,  geolistrik dan metoda electromagnetic subsurfaca profiling/Radar (Radio Detecting and Ranging) Sounding.
  • Metoda Seismik
Metoda ini umumnya dilakukan mulai dari studi pendahuluan hingga studi kelayakan. Pada studi pendahuluan metoda  ini dilakukan untuk mengetahui kondisi perlapisan tanah dan batuan serta struktur geologi  yang akan dibangun secara makro, sehingga dalam studi kelakyakan akan dapat dilakukan dengan baik orientasi pekerjaan yang akan dilakukan, seperti:
  • Penentuan lokasi dan jumlah bor inti yang akan dilaksanakan
  • Penentuan jumlah contoh yang akan diambil
  • Pembuatan penempang geologi teknik/geoteknik khususnya dalam pembuatan korelasi stratigrafi antar titik bor
  • Penentuan ketelitian penyelidikan terutama pada daerah-daerah yang diperkirakan mempunyai potensi struktur geologi yang membahayakan
  • Penentuan lokasi-lokasi struktur bangunan
  • Metoda Geolistrik
  Dalam metoda ini arus listrik dialirkan di tanah melalui elektroda-elektroda dan perbedaan potensial diukur diantara dua buah elektroda.  Perbedaan dalam tahanan jenis kemudian dapat diukur baik vertikal maupun lateral dengan menukar susunan elektroda.
Metoda ini memberikan data stratigrafi, cadangan kuari, kedalaman muka airtanah maupun kedudukan lapisan pembawa air tanah, pola retakan dan indikasi bidang longsor.
  • Metoda Electromagnetic Subsurfaca Profiling/Radar
        (Radio Detecting and   Ranging) Sounding.
 Metoda ini merupakan cara yang paling cepat untuk membuat penempang bawah permukaan. Metoda ini akan mendeteksi kondisi bawah permukaan dengan cara memancarkan spectrum/gelombang electromagnetis ke formasi tanah/batuan yang kemudian akan diterima oleh alat receiver yang diseret dibelakang alat pemancarnya (transmitter). Dari hasil pengujian diperoleh profil intasan dan dapat langsung diinterpretasikan di lapngan.
Kenampakan yang dapat dengan mudah dideteksi, antara lain: Jenis dan perlapisan tanah/batuan, adanya ruang kosong (lubang) di bawah tanah, sisa-sisa pondasi, ketebalan lapisan aspal.


4.2.3   Pengujian keteknikan tanah dan batuan
            Pengujian lapangan terhadap sifat fisik dan mekanik tanah maupun batuan seperti konsistensi, kepadatan dan plastisitas tanah, kekerasan dan kekompak­an batuan dicatat pada kolom diskripsi tanah dan batuan pada setiap penam­pang pengeboran inti (teknik) dan pengeboran tangan.
4.2.4    Pengambilan contoh tanah dan batuan
            Pengambilan contoh tanah dan batuan dilakukan untuk pengujian laboratorium mekanika tanah dan batuan (Lab. Mektanbat), yaitu berupa Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples) dan contoh tanah terganggu (disturbed samples).
  1. Contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples)
Contoh tanah tidak terganggu adalah suatu contoh yang masih menunjukan sifat-sifat aslinya, artinya contoh-contoh ini tidak mengalami perubahan dalam struktur, kadar air (water content), atau susunan kimia. Namun demikian contoh yang benar-benar asli tidaklah mungkin untuk diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan sebagaimana mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan-kerusakan terhadap contoh bisa dibatasi sekecil mungkin. Contoh tanah tidak terganggu dapat diambil memakai tabung contoh (tube sample), core barrels, atau mengambilnya secara langsung dengan tangan, sebagai contoh dalam bentuk bomgkah-bongkah (block samples).
  1. contoh tanah terganggu (disturbed samples).
Contoh tanah terganggu diambil tanpa adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi struktur asli dari tanah tersebut. Contoh tanah terganggu ini dapat dipakai untuk segala penyelidikan yang tidak memerlukan contoh asli (undisturbe samples), seperti ukuran butir, batas-batas atterberg, pemadatan, berat jenis dan sebagainya.
            Untuk contoh batuan dapat berupa pengambilan batu setempat (hand spacement) pada batuan utuh (intact rock) dan pengambilan batu yang terdapat bidang ketidak sinambungan (discontinuity) pada massa batuan (rock mass) apabila banyak dijumpai retakan, rekahan (heavy broken rocks).
4.2.5    Pemetaan sebaran bahan bangunan
            Untuk identifikasi lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai sumber bahan bangun­an. Secara kasar (megaskopis) harus dilakukan diskripsi terhadap sifat fisik dan keteknikan bahan bangunan guna mengetahui perkiraan kualitas bahan bangunan serta taksiran besarnya cadangan. Apabila memungkinkan dilakukan pengukuran dan pembuatan beberapa penampang guna memperkirakan volume (kuantitas) cadangan.
4.2.6    Pengeboran tangan
            Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah, urutan jenis lapisan tanah bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif tanah. Kedalaman maksimum 10 m atau dihentikan setelah mencapai lapisan bawah permukaan yang keras. Pekerjaan pengeboran tangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan hasilnya disajikan pada penampang bor/log pemboran tangan.
4.2.7    Pengeboran teknik / inti
            Dalam pekerjaan pemetaan untuk keperluan suatu proyek vital / strategis diharuskan melakukan pekerjaan pengeboran teknik / inti.  Pekerjaan ini dimak­sud­kan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah dan batuan, urutan jenis lapisan batuan bawah permukaan dan konsistensi serta kepadatan relatif tanah, kekerasan dan kepadatan batuan. Kedalaman maksimum 60 m, pengujian N-SPT dan pengambilan contoh tidak terganggu (undisturbed samples) setiap interval 1,5 hingga 2 meter.
            Pengeboran teknik / inti akan dilakukan sesuai kebutuhan dan hasilnya disajikan pada penampang bor atau log penge­boran teknik dan diusahakan dibuat korelasi penampang bor untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dapat diwujudkan dalam diagram pagar.
4.2.8    Pengujian SPT (Standar Penetration Test)
            Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau perlawanan tanah/batuan terhadap penetrasi tabung SPT atau tabung baja sehingga akan diperoleh jumlah pukulan untuk memasukan tabung SPT tersebut sedalam 30 cm ke dalam tanah yang masih belum terganggu atau diperoleh nilai SPT (N).
            Dengan melihat pada nilai SPT akan dapat diperkirakan kondisi batas tanah dan lapisan keras serta dapat dikorelasikan dengan sifat-sifat maupun variasi tanah yang diuji. Hasil pengujian akan berguna dalam perencanaan letak dan jenis pondasi.
4.2.9    Pekerjaan sondir
            Pekerjaan ini dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang mengandung kmponen berangkal dan kerakal, karena hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.
            Alat sondir yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah alat sondir hidrolik atau mekanik (manual) dengan kapasitas maksimum 2,5 ton 5 ton maupun 10 ton yang dilengkapi dengan ujung penetrometer / sondir bikonus (friction sleeve).
            Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukkan harga > 150 kg/cm2. Alat sondir terangkat apabila pembacaan manometer belum menunjukkan angka maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakan pada baja kanal jangkar.
            Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafikmyang dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekatsecara komulatif.
Namun demikian  ada beberapa kelemahan atau kekurangan dalam uji sondir, yaitu:
  • Tidak didapatkannya sample tanah
  • Kedalaman penetrasi terbatas
  • Tidak dapat menembus kerikil atau lapisan pasir yang padat
4.2.10  Pengujian langsung di lapangan (in situ test)
            Pengujian langsung di lapangan antara lain: pocket penetrometer test, uji geser baling, permeabilitas. Sedangkan pada batu dapat dilakukan pengujian beban titik (point load test), kekerasan batuan dengan (Schmidt Hammer Test) atau menggunakan palu geologi.
  1. Pocket Penetrometer Test
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tanah, yaitu dengan cara menekan atau menusukan alat penetrometer kedalam tanah, maka akan didapat besaran kekuatan tanah dalam satuan kg/cm2.
  1. Uji Geser Baling
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan geser tanah lempung, umumnya pada tanah lempung lunak dengan hasil yang diperoleh merupakan nilai kekuatan geser dalam kondisi tidak terdrainase.
  1. Uji Permeabilitas tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui koefisien permeabilitas tanah (k) langsung di lapangan dengan media lubang bor. Metoda pengujian ada beberapa cara, antara lain:
  • Pengujian Constan Head
  • Pengujian Falling Head
  • Pengujian  Packer
  • Pengujian Lugeon
  1. Point Load Test
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui/mengukur kekuatan batuan dengan dengan bentuk tidak beraturan atau beraturan.
  1. Schmidt Hammer Test
            Pengujian untuk mengukur kekerasan batuan di lapangan. Hasil dari pengujian    tersebut, dimasukan dalam grafik kurva akan memberikan nilai kuat tekan batuan.
4.2.11  Pendugaan Dinamis (dengan alat DCP)
            Pendugaan dinamis atau dikenal dengan DCP (Dynamic Cone Penetrometer dikembangkan oleh TRRL (Transport and Road Research Laboratory).
            Umunya alat ini digunakan pada perencanaan jalan raya dan konstruksi berupa timbunan (embankment) dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
  • Untuk mengetahui ketebalan lapisan dangkal dari tanah lunak atau kedalaman sampai batuan.
  • Untuk pengukuran (dengan cepat) sifat-sifat struktur jalan yang sudah ada (existing) dengan konstruksi lapisan perkerasan jalan raya yang materialnya lepas (tak terikat)
  • Untuk menentukan daya dukung tanah dangkal secara cepat, pada perencanaan jalan, baik jalan raya maupun jalan inspeksi (pada tanggul saluran irigasi).
Alat ini dapat mengukur sedalam 80 cm secara menerus atau maksimum 120 cm, dimana batas-batas lapisan perkerasan yang mempunyai kekuatan berbeda sudah diidentifikasi dan ketebalan lapisan telah diketahui.

4.3. Pekerjaan Laboratorium
            Pekerjaan laboratorium merupakan kelanjutan dari pekerjaan lapangan. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh parameter sifat keteknikan tanah dan batuan guna menunjang dalam melakukan analisis geologi teknik berdasarkan standard ASTM.
Jenis pengujian untuk contoh tanah meliputi:
  • Pengujian Basic Properties terdiri dari:
a. Kadar air (Wn)                                                 ASTM. D.2217-71
b. Berat Jenis (Gs)                                               ASTM.D.854-72
c. Berat Isi /density (γ)                                         ASTM.D.4718
  • Pengujian Index Properties terdiri dari:
a. Atterberg Limit ( LL, PL, PI )                            ASTM. D.4318
b. Analisa besar butir                                           ASTM.D 422-72
  • Pengujian Engineering Properties terdiri dari :
a. Triaxial Test ( UU & CU )                                ASTM.D 2850
b. Konsolidasi                                                       ASTM D
            Jenis pengujian untuk contoh batuan,
  • Pengujian mekanika batuan
                        untuk menentukan kepadatan, kekerasan , kekuatannya dengan cara :
  1. Supersoni waves
  2. Triaxial Compressive Strenght ASTM. D.2664-67
  3. Density, Poison’s Ratio, Modulus of elasticity ASTM 19 D.2845 – 69
  4. Unconfined compressive strenght
  • Pengujian untuk bahan agregat :
  1. Relative density dan water absorption ASTM C. 128
  2. Analisa petrografi
  3. Particle size distribution ASTM 14
  4. Flakiness index ASTM 14
  5. Elongation index ASTM 14
  6. Relative density and absorption ASTM 14
  7. Bulk density ASTM 14

4.4. Analisis dan Evaluasi Data
            Analisis dan evaluasi data dimaksudkan untuk mempelajari dan mencari hubungan dari pengaruh faktor morfologi, geologi, struktur geologi, keairan, tata lahan dan aktivitas manusia terhadap pengelompokkan geologi teknik serta pembuatan penilaian geologi teknik, mencakup:
  1. Mengklasifikasikan kemiringan lereng berdasarkan bentuk topografi daerah pemetaan/penyelidikan;
  2. Mencari hubungan sudut lereng/morfologi terhadap masalah geologi teknik daerah pemetaan/penyelidikan;
  3. Mencari hubungan dan pengaruh sifat fisik dan mekanik tanah/batuan terhadap masalah geologi teknik;
  4. Mencari hubungan kejadian bahaya geologi dengan kondisi geologi teknik daerah pemetaan/penyelidikan;
  5. Menganalisis pengaruh struktur geologi terhadap masalah geologi teknik;
  6. Analisis daya dukung dan perosokan tanah;
  7. Analisis kemantapan lereng terhadap sifat fisik dan mekanik tanah/batuan;
  8. Penentuan satuan geologi teknik;
  • Penyusunan satuan geologi teknik dilakukan dengan cara pengelompokan tanah/batuan yang mempunyai jenis yang sama atau mendekati sama dari Formasi batuan
  • Tanah pelapukan berketebalan lebih dari 1 (satu) meter dipetakan sebagai tanah sedangkan kurang dari 1 (satu) meter dipetakan sebagai batuan;
  • Hasil dari pengamatan lpangan baik berupa pengamatan tanah batuan, penyondiran, pengeboran tangan, masalah geodinamika (bahaya beraspek geologi) ditambah dengan data sekunder yang didapat perlu dituangkan dalam peta geologi teknik.
  1. Penggambaran peta dan penampang geologi teknik.

  1.  Penyusunan Laporan
            Penulisan laporan yang baik dan lengkap merupakan bagian yang paling penting dalam suatu pemetaan/penyelidikan geologi teknik. Pada dasarnya kegunaan suatu laporan meliputi penguraian secara tepat apa-apa yang telah dipetakan/diselidiki dan memadukan serta menerangkan hubungan geologi teknik dengan permasalahan yang ada.        Keterangan dan kesimpulan laporan harus didasarkan atas kenyataan yang ada di lapangan.

Laporan pemetaan/penyelikan geologi teknik memuat berbagai informasi dan permasalahan yang melatar belakangi dilakukan pemetaan serta uraian hasil analisis dan evaluasi geologi teknik, dengan sistematika sebagai berikut:
spacer